TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kemacetan adalah makanan sehari-hari masyarakat di ibukota Jakarta. Miris kala kemacetan parah itu terjadi di sekitar kantor polisi, terutama di Polda Metro Jaya.
Selain pasrah, aparat polisi lalulintas (polantas) seakan tidak mampu memberi formula untuk merekayasa dan mengurai kemacetan itu. Tragisnya, di saat bersamaan, di lokasi yang lain oknum-oknum polantas Polda Metro Jaya asyik melakukan jebakan-jebakan untuk pungutan liar (pungli) kepada masyarakat yang frustrasi dengan kemacetan yang parah.
Temuan Indonesia Police Watch (IPW) di lapangan, ada 40 titik lokasi jebakan oknum polantas di provinsi yang dipimpin Gubernur Fauzi Bowo ini. "Saat ini ada 40 titik lokasi penjebakan yang dilakukan oknum polisi lalulintas di Jakarta. Aksi menjebak pengendara untuk melakukan pungutan liar itu terus menerus dibiarkan. Sejak awal 2011 sampai sekarang aksi penjebakan terus berlangsung," kata Neta dalam siaran pers yang diterima Tribunnews.com, Kamis (27/10/2011).
Neta menjelaskan, ke 40 titik yang kerap dijadikan lahan pungutan liar itu terjadi hampir di seluruh jalur busway. Selain itu, hampir di seluruh flyover dan underpass, seperti di Pasar Minggu, Pramuka, Tanah Tinggi, Pesing, dan lain-lain.
Kenapa dikatakan menjebak, lanjut Neta, karena polisi bukannya mengurai kemacetan di titik kemacetan, mereka justru berdiri tersembunyi di ujung jalan. Akhirnya, pengendara yang frustrasi dengan kemacetan, nekat menerobos masuk jalur busway dan kemudian terjebak alias tertangkap polisi.
Seharusnya, jika polisi memang ingin mengurai kemacetan dan memberikan imbauan kepada masyarakat, mereka berdiri di depan di titik kemacetan. "Aksi polisi ini sudah banyak dikeluhkan publik, tapi para petinggi Polda Metro Jaya tetap saja tidak peduli dan membiarkannya," keluhnya.
IPW menyesal aksi oknum-oknum polantas. Sebab, polisi saat ini sudah mendapat remunerasi, tapi aksi pungli masih terus terjadi dan dibiarkan makin menggila.
Karena itu, IPW mengimbau para petinggi Polda Metro Jaya peduli dengan keluhan publik ini dan segera menertibkan ulah oknum-oknumnya.
Neta menegaskan, keberadaan polantas adalah sesuatu yang strategis di Polri, sebab ia adalah etalasenya Polri. "Jika etalasenya dibiarkan begitu buruk, citra Polri akan semakin terpuruk," tandasnya.
Untuk itu, Polri harus terus-menerus merawat, menjaga, dan menata etalasenya ini dari ulah oknum-oknum yang kerap melakukan pungli.
Selain itu, lalulintas jangan dijadikan ATM atau mesin uang oleh oknum-oknum pejabat kepolisian. Sebab, inilah yang membuat oknum polantas di lapangan berbuat hal yang melanggar hukum, melakukan pungli, dan tidak serius menangani kemacetan lalulintas di Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar